Waspadai Napas Cepat Balita

Metrotvnews.com, Pneumonia atau radang paru-paru merupakan penyakit yang berbahaya bagi anak-anak. Diperkirakan, setiap empat menit ada satu balita di Indonesia yang meninggal karenanya.

Hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) pada 2012 memperlihatkan pneumonia bersama dengan diare merupakan penyebab utama kematian anak-anak di bawah usia lima tahun atau balita.

“Pneumonia adalah peradangan pada alveoli dan interstisil paru. Secara
klinis, pneumonia ditandai batuk, sesak, demam, napas berbunyi, dan pada foto rontgen terlihat cairan di paru,“ jelas dokter pakar pernapasan anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bambang Supriyatno dalam diskusi kesehatan di Jakarta, akhir pekan lalu.

Penyebabnya ada beberapa macam, yakni infeksi virus, bakteri, jamur, dan parasit. Penularan kuman penyebab pneumonia terjadi melalui percik ludah saat penderita batuk.

Gejala khas munculnya pneumonia yakni adanya napas cepat melebihi normal dan batuk-batuk.

Oleh karena itu, Bambang menyarankan para orangtua untuk menghitung napas anaknya. Untuk anak berusia kurang dari dua bulan, normalnya memiliki jumlah tarikan napas 60 kali per menit.

Untuk anak usia 2-12 bulan jumlah tarikan napas normal ialah 50 kali per menit. Untuk anak usia 1-5 tahun jumlah tarikan napas yang normal ialah 40 kali per menit.

“Selain napas cepat, yang juga perlu diwaspadai yakni tarikan dinding dada ke dalam saat anak bernapas. Bila ditemukan tanda-tanda tersebut, bisa kemungkinannya si anak menderita pneumonia. Segera periksakan anak ke dokter,“ urai Bambang.

Faktor risiko terjadinya pneumonia antara lain bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi yang tidak mengonsumsi air susu ibu (ASI), bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar, polusi di dalam seperti asap rokok, dan tinggal di lokasi yang terlalu padat.

“Hindarkan anak dari faktor-faktor risiko tersebut,“ kata Bambang.

Ia juga mengungkapkan pneumonia bukan merupakan masalah baru di bidang kesehatan bayi dan balita. Penyakit itu sudah menjadi momok sejak puluhan tahun lalu. Namun, angka kesakitan dan kematiannya tetap tinggi.

“Kunci untuk menekannya ialah keseriusan untuk menanganinya. Setiap tahun hari pneumonia selalu diperingati pada 12 November. Namun, angkanya belum juga berubah, masih tinggi. Artinya, masalah ini baru sekadar dibahas, aksinya belum cukup,” katanya. (Vera Erwaty Ismainy)

No comments:

Post a Comment