Mendung

Sabtu 5 juni 2010, pagi yang cerah berganti dengan siang yang sangat gelap. Mendung tiba-tiba menggelayuti langit. Udara pun menjadi pengap. Seolah telah menjadi penyempurna hati yang meradang dalam kegalauan sekian lama.

Hujan tak kunjung merintik. Menjadikan penantian semakin panjang hanya untuk securah berkah kesegaran dari langit. Hari semakin redup, karena matahari tak lagi sempurna terangi bumi. Semenjak mendung yang bergulung dari langit utara, aku masih tertegun. Menunggu satu senyum yang akan menjadi bekal untuk lalui larutnya malam minggu ini.

Senja menjelang. Aku sempatkan untuk menyapa. Menyapa alam disekitarku. Gunung, lembah, sungai hingga laut. Saat angin terus mengikis peradaban manusia. Dari sisi muara menuju rumah-rumah penduduk. Dan aku masih disini, pada dermaga persinggahan sementara. Menunggu, meski tanpa kepastian atas penantian ini.

Perahu-perahu nelayan mulai bergerak menjauhi dermaga. Meninggalkan perempuan-perempuan yang menatap kosong, lurus ke depan. Hingga hilangnya perahu dari pandangan. Sementara matahari terus merayap perlahan. Meski tanpa jejak perjalanan, namun hari semakin renta menuju penghujung senja. Saat seorang ibu muda menatap lurus ke depan hingga perahu hilang dari pandangan.

Hari ini seolah tanpa gairah. Matahari menyapa tanpa sengatan yang kuat. Juga angin yang tak mampu segarkan kegerahan jiwa-jiwa manusia. [Jepara]

No comments:

Post a Comment